Senin, 22 Februari 2016

Perlunya Memberi Pujian


Restu Wahyuningtyas

Memberikan sedikit pujian terhadap hasil karya atau hasil kerja seseorang itu sangat perlu. Perilaku itu dapat menumbuhkan semangat dan rasa percaya diri pada pembuatnya. Dampaknya yang paling terlihat adalah akan tercipta karya karya baru mereka. Memberikan pujian terhadap hasil karya juga menunjukkan bahwa kita menghargai proses yang telah mereka lakukan, bukan semata pada hasilnya saja.
Proses pembuatan suatu karya merupakan perjuangan yang patut untuk dihargai. Karena disana terdapat pengorbanan dan usaha-usaha keras untuk menghasilkan suatu karya. Selain itu disana juga ada keberanian untuk mencoba hal baru yang mungkin belum pernah mereka lakukan ( meskipun itu bukan hal baru bagi orang lain). Sebagai contoh mudah saja adalah seorang anak sedang bermain pasir, kemudian dia bisa membuat berbagai macam bentuk dengan pasir tersebut. Anak akan merasa sangat bangga bahwa dia merasa berhasil menemukan sesuatu yang ‘baru’. Pada saat seperti inilah orang dewasa bisa masuk dalam dunianya untuk menumbuhkan semangat berkreasi. Memberikan pujian pada mereka dan mendorongnya untuk membuat kreasi lain tanpa menjatuhkan minatnya berkreasi.
Mengapa pujian dan dorongan bisa menjatuhkan minatnya? Jawabannya mudah saja, sering sebagai orang dewasa memberikan penilaian terhadap hasil krya anak dengan menyisipkan kata ‘tapi’ (misalnya, gambarmu bagus, tapi....). Awalnya memang pujian diberikan, namun adanya kata tapi dibelakang kaalimat pujian justru yang lebih banyak diingat. Keadaan seperti ini  bila dialami anak dengan kepercayaan diri kurang, akan sangat berpengaruh dan dapat menutup minatnya untuk berkreasi dikemudian hari. Dampak lain yang mungki  terjadi adalah anak bisa menjadi takut dan tidak percaya diri. Padahal yang sebenarnya mereka memiliki berbagai macam potensi untuk dapat menghasilkan karya yang luar biasa.
Meskipun mereka anak-anak, pujian yang sewajarnya dengan tidak merendahkannya sangat diperlukan untuk penghargaan atas karyanya (atau lebih tepatnya usaha menghasilkan karya tersebut). Harapannya utamanya adalah dapat menumbuhka  semangat berkarya, berkreatifitas yang nantinya dapat membantunya untuk menemukan kesukaan atau hobi anak.
Semoga bermanfaat.

Minggu, 05 Oktober 2014

ombak laut pun kembali ke pantai



Laut terlihat biru,
Ombaknya saling kejar
Berlomba menuju pantai
Begitupun riak airnya, begitu ceria disambut oleh pasir pantai
Meski akhirnya mereka kembali ke laut
Namun mereka tak pernah jemu
Mereka akan datang lagi, lagi dan lagi
Sampai Sang Pencipta menghendaki mereka tak kembali

Senyum, sedih, tawa, tangis, rindu dan harapku  seperti ombak dan riak air laut
Mereka akan selalu datang lagi, lagi dan lagi
(Meski tak selalu sama)
Sampai Sang Pencipta menghendaki mereka tak kembali

sumber gambar:
https://www.google.com/search?q=ombak+lautan&client=firefox-beta&hs=toR&rls=org.mozilla:en-US:official&channel=fflb&tbm=isch&tbo=u&source=univ&sa=X&ei=YDUxVJStB8eTuASftIJ4&ved=0CC8QsAQ&biw=1024&bih=489#facrc=_&imgdii=_&imgrc=uSnR2BieH2BuDM%253A%3Bmx-2nN4FLCHepM%3Bhttp%253A%252F%252Fwww.anneahira.com%252Fimages_wp%252Fpuisi-lautan.jpg%3Bhttp%253A%252F%252Fwww.anneahira.com%252Fpuisi-lautan.htm%3B300%3B300 

senja itu



Senja, mentari diufuk barat
Matahari mulai temaram
Sedikit tertutup mendung
Namun tak mengurangi indahnya sang mentari senja

Dari kejauhan terlihat mentari sudah mulai dijemput sang malam
Perlahan dan sangat perlahan mentari senja mulai meninggalkan langit
Dengan anggunnya mentari mengikuti pelukan sang malam diufuk sana

Yaaa.. mentari senja sore ini sungguh cantik
Sungguh Maha Besar Sang Penciptanya

Rabu, 20 Agustus 2014

Teguran Kawanku Menyadarkanku




Hari ini, Senin 23 Juni 2014 saya mendapatkan pelajaran berharga dalam hal etika berbahasa pada pesan singkat. Saya mendapat teguran dari seorang teman melalui pesan singkat juga. Seperti ini bunyi pesan singkat itu “mbak aku bilang seperti ini karena aku peduli, besok lagi kalau ngomong mbok ya yang lebih halus. Kita ini sama-sama orang yang bekerja sebagai karyawan”. Bukan mudah menerima dengan ikhlas pesan seperti itu. sifat egoisku menentang untuk menerima teguran itu. ingin sekali aku memaki orang yang mengirim pesan. Berani-beraninya dia menegurku seperti itu.
Aku menghela napas, mencoba mencerna dengan baik pesan di otakku. Aku baca pelan-pelan pesan itu, mencoba melihat sisi positif dari pesan itu (meski dalam dada berdebar keras karena menolak). Aku berpikir keras dan mencoba tidak menuruti emosi marah. Aku uraikan kalimat dalam pesan itu seperti ini:
1.              Mbak aku bilang seperti ini karena aku peduli, aku mencoba mengartikannya seperti ini dia ingin memberi tahuku dengan kalimat yang halus, dia ingin menegur kesalahanku tanpa melukai perasaanku, dia ingin menunjukkan bahwa dia sebenarnya tidak berkenan dengan pesan yang kukirim yang menurut dia itu kasar. Dan aku jawab dalam hati, ‘ok aku terima teguran ini’
2.              Besok lagi kalo ngomong mbok ya lebih halus, pada kalimat ini berarti dia menunjukkan kesalahanku yaitu berkata-kata yang menyakitkan dirinya dan itu tidak aku sadari. Aku mencoba memposisikan diriku menjadi dia saat menerima pesan yang dianggapnya ‘kasar’. Dan aku memilih untuk menyerah, ya aku akan merasakan hal yang sama ketika berada diposisi dia.
3.              Kita ini sama-sama bekerja hanya sebagai karyawan, kalimat ini merupakan tamparan yang paling keras. Mengapa? Aku baru ingat bahwa aku dan dia sama, sama-sama bekerja mencari rejeki di tempat yang sama. Tidak semestinya aku bersikap arogan dengan berkata-kata yang dianggap orang lain itu tidak baik.
Dari pesan singkat itu aku belajar untuk berperilaku dengan tetap memperhatikan orang lain. Apakah perilaku ku akan menyakiti, menghina, membuat marah atau hal lain yang merugikan orang lain. Aku harus berpikir dan memilih hal yang tepat untuk aku lakukan. Karena aku tidak hidup sendiri, aku tidak hidup dihutan, aku hidup di tengah-tengah masyarakat yang menuntut untuk berperilaku sosial.
Terimakasih kawan atas teguranmu hari ini.

sumber gambar: https://www.google.co.id/search?q=teman&client=firefox-beta&hs=1Bz&rls=org.mozilla:en-US:official&channel=fflb&tbm=isch&tbo=u&source=univ&sa=X&ei=jFj1U6DcM8qfugTRh4LIAw&ved=0CCQQsAQ&biw=1024&bih=489


Rabu, 09 Juli 2014

Rencana Saya untuk Saya



Catatan harian, 20 Juni 2014
 


Akan menjadi saya nanti di masa depan, saya yang bisa menentukan. Perjalanan hidup tidak hanya sekedar akan melangkahkan kaki kemana. Sebuah perjalanan akan menyenangkan, jika saya mampu membuat perencanaan yang matang. Kemudian mempersiapkan rencana untuk dilaksanakan. Dilanjutkan dengan melaksanakan perjalanan sesuai dengan rencana.
Benar bahwa manusia hanya dapat berencana. Hasil akhir ada di tangan Tuhan. Tuhan telah menciptakan manusia dengan takdirnya masing-masing. Bahkan takdir sudah ditentukan jauh sebelum manusia dilahirkan ke bumi. Namun Tuhan sungguh baik. Kita, manusia diberi kesempatan untuk dapat mengubah takdirnya sendiri. Bagaimanakah cara untuk mengubah takdir? Berusaha dan berdoa adalah cara untuk mengubah takdir Tuhan.
Tuhan memang sudah merencanakan takdir manusia dan manusia diberi kesempatan untuk mengubahnya. Oleh karena itu kita juga perlu membuat rencana untuk perjalanan hidup ke depan. Jika takdir Tuhan untuk kita bukan seperti harapan, kita dapat mengubahnya dengan rencana yang telah kita buat. Dan jika takdir Tuhan itu baik, rencana yang kita buat akan memudahkan kita mendapatkan apa yang sudah ditakdirkan Tuhan untuk kita.
Untuk menjadi lebih baik memang tidak mudah, butuh perjuangan, kesabaran, konsisten, disiplin bahkan pengorbanan. Seperti seorang pelajar yang ingin mendapatkan nilai yang memuaskan dirinya. Dia harus mempersiapkan diri untuk mendapatkan keinginannya mendapat nilai yang memuaskan. Kemudian dia harus belajar dengan giat dan rajin, dia harus rela mengorbankan waktu bermain untuk belajar. Demikian juga untuk hidup di masa depan.

 
sumber gambar:
http://www.google.co.id/imgres?imgurl=&imgrefurl=